Erti Sebuah Kehidupan


Awan sedikit mendung, ketika kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalan melalui kawasan berlampu merah. Baju merahnya yang labuh melambai-lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang aiskrim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk digigit, sementara tangan kirinya memegang tangan ayahnya.
Yani dan ayahnya memasuki kawasan perkuburan, membelok ke kanan & kemudian duduk Di depan sebuah nisan.“Yani, ini kubur nenek yani. Mari kita berdo’a untuk nenek” Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yang mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Dia mendengar ayahnya berdoa untuk neneknya…
Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah.” Ayahnya mengangguk sambil tersenyum, sambil memandang pusara Ibu-nya.
“Hmm, bererti nenek sudah meninggal 42 tahun ya Yah….” Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya mengiru.
“Ya, nenek yani sudah di dalam kubur 42 tahun … “
Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak lagi kubur disekitar itu .. Disebelah kubur neneknya, ada kubur tua berlumut “1882 : 1910″
“Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah”, jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya.
Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya mengusap kepala satu-satunya anaknya itu.
“Hmm.. kenapa sayang?” kata ayah sambil menatap mata anaknya.
“Hmmm, ayah kan semalam cakap kalau kita mati, nanti di kubur dan kita banyak dosa, kita akan disiksa” kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya.
“betul kan yah?
Ayahnya tersenyum, “A’ah.. tapi kenapa?”
“hmm … Kalau nenek banyak dosanya, bererti nenek sudah diseksa 42 tahun kan ayah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, bererti sudah 42 tahun nenek senang dikubur …. betul tak yah?” mata Yani bersinar kerana dapat menjelaskan kepada ayahnya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, nampak seperti cemas ….. “Ya nak, bijak betul yani,” kata ayahnya ringkas.
Pulang dari kubur, ayah Yani nampak gelisah di atas sejadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya… 42 tahun hingga sekarang… kalau kiamat datang 100 tahun lagi…142 tahun disiksa.. atau bahagia dikubur ….
Dia menunduk … Menitiskan air mata…
Kalau dia meninggal dan banyak dosanya, dan kiamat masih 1000 tahun lagi bererti dia akan diseksa 1000 tahun?
Innalillaahi WA inna ilaihi rooji’un ….
Air matanya semakin banyak menitis, sanggupkah dia selama itu diseksa? kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu dia akan diseksa di kubur. Dan setelah dikubur? Bukankah akan lebih parah lagi? Tahankah?
Ya Allah… Dia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya naik turun tak teratur…. air matanya semakin membanjiri janggutnya
Allahumma as aluka khusnul khootimah..
berulang kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak … Dan dia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.
Dihampirinya Yani yang tertidur di atas sofa. Dibetulkannya selimutnya. Yani terus tertidur…. tanpa tahu, betapa sang ayah sangat berterima kasih padanya kerana telah menyedarkannya erti sebuah kehidupan… Dan apa yang akan datang di depannya…
“Ya Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku…”

0 comments:

Artikel Berkaitan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...